Check berlapis

Ketika kita membandingan atau apa ya nyebutnya.

Contoh,
Yang kuliah aja banyak yg nganggur, ngapain kuliah? Kuliah ga menentukan kesuksesan.

Gw mendapat sebuah apa ya, jawaban mungkin.

Dari pertanyaan atau penyataan diatas, kita gabisa langsung telan mentah"
Coba kita teliti 1 per 1

Yang kuliah aja banyak yg nganggur
Okee, pertama kita harus tau dia kuliah dimana? 
Apa akreditasi kampus nya?
Ambil jurusan apa? 
Lulus IPK berapa?
 Benar" mempelajari ilmunya atau hanya sekedar dapat ijazah (atau apa sih kuliah sebutanya) ? 

Kita ga bisa stereotipe semuanya, jadi gw coba uraikan.

Ngapain kuliah? Kuliah ga menentukan kesuksesan

Okee kita uraikan lagi, dari pertanyaan atau pernyataan diatas bahwa kuliah tidak menentukan kesuksesan.

Balik lagi seperti sebelumnya, dia kuliah dimana, ambil jurusan apa, dst.

Dan kesuksesan itu tergantung ya, buat beberapa orang mungkin sukses itu punya usaha sendiri, atau punya jabatan tinggi dikantor, atau punya penghasilan yg banyak, dll. Tergantung.

Kenapa bisa berpendapat kuliah tidak menentukan kesuksesan, ya karena jawaban dari uraian pada case pertama itu bisa dibilang kurang ya.

Contoh, kuliah di kampus akreditasi C jelas akan beda dengan yg di kampus akreditasi A (ga selalu ya semua tergantung) chance sukses nya pun akan berbeda.

Menurut gw sukses itu bentuknya chance ya, kalau semua aspek hidup lu bagus chance nya akan meningkat, yg pasti ga 100% ya. Kalau aspek dalam hidup lu ya begitu" aja mungkin chance lu akan lebih kecil.

Contoh, si Denver kuliah di kampus X yg akreditasinya A, dia lulus IPK 4, punya banyak koneksi, Dia pekerja keras.

Contoh lagi, si Oslo kuliah si kampus Y akreditasi C, dia lulus IPK 2.9, sedikit koneksi, kadang bekerja keras, kadang malas.

Lu bisa tentukan sendiri chance sukses siapa yg lebih besar, misal
Denver chance : 85%
Oslo chance : 50%

Denver jelas lebih besar dong, tpi bukan berarti dia gabisa gagal, dia hanya 85% bukan 100%, Oslo pun begitu bukan berarti karena dia hanya 50% dia akan gagal, dia punya chance 50% hanya saja peluang suksesnya lebih kecil dibanding denver.

Yang sering dijadikan contoh dan distereotipe adalah ketika denver gagal dan oslo sukses.

Denver gagal itu kemungkin terburuknya, kenapa? karena peluang dia 85% banding 15%. Seharusnya dia bisa sukses dong.

Sedangkan oslo karena chance nya 50%, kalau dia gagal orang akan beranggapan ya gagal wajar chance nya 50%, tapi ketika sukses, tuh liat 50% aja bisa sukses.

Jadi yang selalu dilihat itu terburuk dari terbaik dan terbaik dari terburuk.

Kenapa ga melihat terbaik dari terbaik dan terburuk dari terburuk. Karena yang terbaik ketika menjadi terbaik biasa aja, itu kan sudah seharusnya. Begitu pula terburuk menjadi terburuk.

Gw tau jawabannya(mungkin), karena manusia itu suka memilih underdogs atau hal yg unpredictable (tak terduga), kita lebih suka kejutan dibanding hal yang biasa" aja. (Paragraf ini ditulis setelah artikel selesai, jadi aga sedikit terulang di paragraf selanjutnya)

Mungkin itu karena apa ya, mungkin karena kita suka memilih underdogs, seperti yg profesor bilang di money heist, ketika brazil lawan kamerun kita bakal cenderung mendukung kamerun.

Begitu pula seperti case diatas, denver dan oslo, denver diibaratkan brazil dan oslo diibaratkan kamerun yg dimana adalah underdogs.

Ini gatau gw udah meleber sejauh apa, mungkin ini artikel terpanjang gw (salah satu). Jadi intinya kita gabisa asal stereotipe (mengkotakan) suatu kejadian tanpa menguraikannya terlebih dahulu, tapi bukan berarti kita harus menguraikan semuanya terlebih dahulu.

Semua tergantung.

[from below is edited]
Halo, saya dari 2024, jangan pernah lupakan keberuntungan, itu faktor yang bisa membantah semua pembahasan diatas kecuali kerja keras. karena keberuntungan tercipta ketika kesempatan bertemu dengan kemampuan. Oleh karena itu, tetaplah bekerja keras disetiap hal yang dilakukan sehingga ketika kesempatan datang, kita akan beruntung.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.